Tuesday, February 05, 2008

Menulis itu tidak lebih mudah dari sekedar mengkritik....

Lama sudah saya tidak mengupdate tulisan di blog ini. Hampir setahun, 9 bulan tepatnya. Banyak hal yang ingin dituliskan, tapi begitu banyak juga hambatan untuk melakukannya. Jujur saja, bukan sesuatu yang mudah untuk menulis. Berbicara jauh lebih mudah.
Makanya saya sangat apreciate kepada orang yang bisa membuat buku. Apalagi yang bukunya best seller. Satu hal yang dapat saya nilai dari mereka, kecintaan mereka dalam menulis (entah apapun motifnya) telah mengalahkan yang namanya malas dan sebangsanya.
kebanggaan, kekaguman dan takzim saya kepada ilmuwan muslim dengan karya mereka yang best of the best seller. kelebihan mereka, adalah menguasai lebih dari satu bidang ilmu. Ya, politik, ekonomi, sosial, kedokteran, astronomi, namun tetap menempatkan agama sebagai inti dari semua ilmu. Terlebih kepada mereka-mereka yang telah meriwayatkan hadits, mereka-mereka yang hapal dengan bagian-bagian Al Quran sehingga dapat kembali menuliskannya menjadi sebuah mushaf agung yang otentik.
Sebaliknya saya sangat sebel bahkan teramat sebal dengan orang-orang yang bisanya cuma ngomong, ngeritik, tapi tidak bisa menunjukkan bahwa dia bisa melakukan lebih baik yang dikritiknya. Ya, seperti halnya penonton sepak bola. Tapi jujur saja orang-orang seperti inilah yang banyak ditemukan di negeri kita, dan kebiasaan ini harus segera di rubah.

1 comment:

mursalin nasser said...

Memang demikian adanya bu,
Ada sebuah ungkapan dari Sidharta Gautama : "Orang Yang Tahu Tidak Banyak Bicara; Orang Yang Banyak Bicara Tidak Tahu".

Saya membaca kata2x itu kala saya masih duduk di bangku SMA sekitar akhir tahun 80-an. Setelah menyelesaikan kuliah & memasuki dunia kerja sekitar thn 1993, saya coba amat-amat-i; ternyata benar adanya.

Orang yang tahu-nya "sedikit" ternyata bicara-nya "banyak sekali". & orang yang tahu-nya "banyak" cuma bicara "sedikit" saja.

Rupanya palsafah "Inilah Saya !" lebih senang dimiliki manusia dibandingkan palsafah "Inikah Saya ?".