Saturday, December 20, 2008

Peluang Pengembangan VAS Pada Industri Operator Telepon Seluler di Indonesia


Pengintegrasian Layanan Telepon Seluler
dalam Rancang Bangun
LMS (Learning Management System)
di Perguruan Tinggi/Perusahaan
sebagai Layanan Nilai Tambah (VAS) Seluler
Paling Efektif dan Bermanfaat bagi Publik


Oleh: M. Fathoni dan Ranti Wiliasih


Salah satu isu penting yang akan dihadapi oleh lembaga pendidikan dan perusahaan dalam kurun waktu 10 tahun kedepan adalah transfer pengetahuan. Utamanya, transfer pengetahuan dari generasi lama ke generasi baru sebagaimana disebutkan oleh Kapp (2008) dalam bukunya “Gadget, Games and Gizmos: Tools for Transferring Know-How from Boomer to Gamer. “

Masalah ini timbul karena adanya perbedaan kebiasaan antara generasi lama (Boomer) dengan generasi baru (Gamer) dalam melakukan transfer pengetahuan. Generasi lama terbiasa melakukan transfer pengetahuan yang sifatnya know-how dalam pertemuan-pertemuan yang sifatnya fisik, seperti rapat, seminar, kelas dan sejenisnya. Sementara itu, generasi baru lebih cenderung melakukan transfer pengetahuan melalui media yang bersifat virtual di antara sesama mereka. Baik itu melalui sms, mms, email, chatting, blog maupun komunitas/klub virtual di internet yang cenderung bersifat mobile atau portable.

Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana menjembatani transfer pengetahuan antar dua generasi yang berbeda ini? Hal ini penting mengingat dalam kurun 5-10 tahun ke depan, orang-orang dari generasi inilah yang akan mengisi kursi-kursi pendidikan dan kantor-kantor. Apabila kultur kerja yang biasa berlaku pada orang-orang generasi boomer jika dipaksakan pada generasi gamer akan dapat menyebabkan hengkangnya orang-orang muda bertalenta dari perguruan tinggi ataupun perusahaan tersebut.

Implementasi LMS dan Kelemahannya

Perusahaan ataupun lembaga yang sukses adalah lembaga yang berhasil melakukan pengelolaan pengetahuan dan proses transfer pengetahuan diantara orang-orang yang ada di dalamnya. Terkait dengan ini, sejumlah perguruan tinggi dan perusahaan maupun lembaga pemerintah mulai mengembangkan infrastruktur teknologi sistem manajemen pembelajaran terpadu yang dikenal dengan LMS (Learning management System).

Penggunaan LMS baik di kampus, kantor pemerintahan ataupun perusahaan boleh jadi digunakan dengan istilah yang berbeda-beda. Namun, tujuan dari LMS ini pada hakekatnya adalah sama. Pengadaan LMS bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan mahasiswa, karyawan, maupun pegawai tentang sejumlah hal baru di luar sana, yang tidak dapat dipelajari dalam ruang fisik karena keterbatasan waktu. Sehingga dengan demikian keberadaan LMS diharapkan dapat membantu peningkatan kapasitas individu mahasiswa, dosen maupun karyawan untuk meraih prestasi belajar dan kerja yang sebaik-baiknya.

Sayangnya, rancang bangun LMS yang ada saat ini masih terbatas pada ruang lingkup jaringan intranet, sehingga aksesibilitas para user menjadi terbatas untuk mengaksesnya. Umumnya, fasilitas ini hanya dapat dilakukan melalui komputer jaringan dan harus berada di lingkungan kampus maupun kantor. Ini merupakan kekurangan terbesar dari berbagai infrastruktur LMS yang ada saat ini karena belum terlalu mengakomodir kecenderungan generasi gamer yang cenderung lebih mobile.

Integrasi Layanan Telepon Seluler Dalam Rancang Bangun LMS


Mencermati kekurangan yang ada pada rancang bangun LMS di sejumlah lembaga pendidikan, perusahaan maupun instansi pemerintah saat ini, diperlukan suatu media yang dapat digunakan dengan baik oleh generasi boomer maupun generasi gamer. Solusi itu ada pada layanan telepon seluler. Telepon seluler tidak hanya sekedar menjadi alat komunikasi namun menjadi media belajar dan bekerja, sebagaimana telah diterapkan di industri perbankan dalam bentuk phone banking atau sms banking.

Dengan kata lain, operator telepon seluler berpeluang besar untuk membangun layanan nilai tambah atau VAS yang paling efektif dan bermanfaat bagi mitra strategis seperti perguruan tinggi, kantor maupun lembaga pemerintah yang sudah maupun berencana mengembangkan LMS di tempatnya. Adapun tema yang dapat diusung dalam membangun VAS ini adalah pengembangan SDM di era teknologi modern yang mobile.

Dengan terintegrasinya layanan telepon seluler dalam rancang bangun LMS di berbagai perguruan tinggi, perusahaan dan lembaga pemerintah, maka ini akan membantu mengurangi opportunity cost mahasiswa dan dosen maupun karyawan untuk dapat mengembangkan dirinya, dimana saja dan kapan saja. Ini adalah VAS yang secara telak dapat menjadi keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang penting dalam persaingan bisnis telepon seluler ke depan, terlebih dalam rangka turut mencerdaskan anak bangsa.

Tuesday, June 24, 2008

Blog di Era Ekonomi Pengetahuan

Saat ini, teknologi informasi berkembang begitu cepat, termasuk di dalamnya komputer & internet. Kita dengan mudah bisa mendapatkan berbagai produk teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan studi, pendidikan dan sosial-budaya seperti software program serta film edukatif. Kita pun dapat mengakses berbagai resources yang kita perlukan melalui internet secara bebas bahkan gratis.

Upaya-upaya dari berbagai pihak untuk membangun infrastruktur teknologi informasi di Indonesia perlu kita apresiasi. Karena, mereka telah menyadari lebih dulu nilai penting teknologi informasi bagi anak bangsa di masa depan terkait dengan akselerasi kemajuan bangsa Indoneisa sendiri untuk dapat maju dan bersaing dengan negara-negara lain.

Tetapi, bila pembangunan-pembangunan infrastruktur teknologi informasi tersebut tidak dibarengi dengan upaya-upaya penyadaran dan penanaman nilai penting teknologi informasi kepada anak bangsa sejak sekarang. Khususnya untuk mentransformasikan diri dari sekedar pengguna (user) menjadi penghasil (producer) informasi dan ilmu pengetahuan. Akan menjadi amat disayangkan bilamana bangsa Indonesia hanya menjadi bangsa pemakai dan bukan bangsa penghasil.

Padahal, saat ini kita tengah memasuki era ekonomi pengetahuan yang mengandalkan olah pikir. Ilmu pengetahuan, teknologi dan kualitas SDM memegang kunci penting untuk bersaing. Selain itu, Nilai tambah suatu barang dan jasa bukan melulu ditentukan oleh besarnya modal yang tertanam dalam produksinya. Melainkan oleh tingkat pengetahuan yang tertanam di dalam produk dan jasa tersebut. Sehingga, saat ini mulai terjadi pergeseran pola produksi dari padat modal ke padat pengetahuan.

Maraknya fenomena blog dan blogger Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong transisi baru masyarakat Indonesia dari pengguna pengetahuan (knowledge user) menjadi penghasil pengetahuan (knowledge producer). Hal ini merupakan indikasi positif akan hadirnya sebuah generasi baru anak bangsa Indonesia yang lebih ekspresif, bisa berpendapat, memiliki kepedulian terhadap sekitarnya serta bila didukung kemampuan berbahasa yang baik, akan mendorongnya menjadi bagian dari warga dunia yang saling terhubung satu sama lain untuk bersama-sama memecahkan berbagai persoalan dunia, seperti perubahan iklim global.
Ya, kehadiran blog dan blogger Indonesia memungkinkan berbagai pihak yang berkepentingan di Indonesia untuk membangun relasi-relasi sosial yang bila diarahkan dengan benar, akan memunculkan suatu rantai nilai sosial bersama dalam menjawab persoalan dan tantangan global.
British Council Indonesia sebagai salah satu lembaga yang juga memiliki kepentingan dalam pengembangan dan pertukaran kebudayaan masyarakat, khususnya di Indonesia ini tengah merayakan ulang tahunnya yang ke-60. Napak tilas perjalanan hubungan Inggris-Indonesia dari masa lalu hingga sekarang hendaknya menjadi ruang bersama untuk saling bertukar pengalaman dan berbagi kemajuan bersama . Dan inilah yang tengah menjadi agenda refleksi dan reposisi aktivitas British Council Indonesia dalam menjalankan perannya yang salah satunya sebagai lembaga pertukaran budaya.

Ada tiga fokus agenda kerja dari British Council Indonesia dalam suasana refleksi perayaan ulang tahunnya yang ke-60. Ketiga fokus agenda kerja itu meliputi: a. Dialog antar budaya, b. Kreativitas dan Ekonomi Pengetahuan, serta c. Membangun jejaring gerak bersama untuk perubahan iklim. Selain itu, juga untuk mensosialisasikan ’blog’ sebagai media personal dalam persebaran implementasi agenda kerja mereka tersebut.

Saat ini, keberadaan blog telah menjadi sebuah kekuatan pendukung yang luar biasa dalam menumbuhkan rantai nilai masyarakat Indonesia di era ekonomi pengetahuan. Upaya menumbuhkan rantai nilai sebetulnya berangkat dari hal yang sederhana. Bahwa setiap diri kita sebetulnya terhubung satu sama lain dengan menjadi bagian dari komunitas-komunitas masyarakat seperti tempat kerja, kelompok pengajian, bertetangga, hingga bernegara. rantai nilai baru tumbuh ketika setiap kita mencoba meningkatkan kualitas hubungan dalam dan antar komunitas-komunitas tersebut. Dan blog membuka peluang kontribusi yang besar dari setiap orang untuk merancang agenda-agenda bersama.

Monday, May 26, 2008

WC Umum dan kebersihan lingkungan

Rasa-rasanya saat ini sudah tidak ada yang namanya WC gratis di negeri ini, terutama di tempat umum seperti stasiun, pasar tradisional, terminal yang notabene semuanya tempat yang sangat biasa di akses masyarakat golongan menengah ke bawah, semuanya harus bayar. Untuk buang air kecil saja harganya 1000 sampai dengan 1500, sedangkan untuk mandi bisa 2000 an.
kalau pun ada yang gratis, pastilah tempatnya sangat tidak layak untuk dijadikan tempat buang hajat. Terutama dari segi aromanya yang bikin perut mules, mual-mual atau bahkan hampir muntah.
Suasana ini sangat kontras dengan bandara internasional, ataupun mall-mall besar, gedung perkantoran, hotel, yang semuanya biasa dikunjungi oleh kalangan menengah ke atas. Di tempat-tempat ini sudah ada petugas yang senantiasa membersihkan daerah KM dan sekitarnya. Buang hajat gratis, meski terkadang tidak ramah lingkungan (tidak ada air buat membasuh-walaupun bisa pakai kertas, cuma rasanya tidak nyaman kalau lagi bAB, heheh). Kita gratis ditempat-tempat ini, karena secara tidak langsung kita telah bayar melalui apa yang kita beli/sewa atau bayar. Tanpa disadari kita dikenakan uang itu, sehingga terkadang harga untuk satu barang dengan kualitas yang sama jauh lebih mahal dibandingkan dengan pasar tradisional.
Kembali kepada bahasan WC umum, disadari atau tidak sebenarnya pasarisasi WC umum di tempat-tempat publik atau fasilitas umum, tidak berdampak baik pada usaha-usaha menjaga kebersihan. Apalagi untuk tempat-tempat yang banyak di akses oleh masyarakat menengah ke bawah. Sebagai ilustrasi, jika disekitar pasar, MCK harus bayar, maka mereka yang uangnya pas2 an (apalagi saat ini BBM sedang naik), maka mereka akan lebih memilih untuk buang hajat sembarangan. Apalagi untuk laki-laki yang (imannya tidak kuat) cenderung biasa untuk melakukan hal ini sembarangan. Bisa dibayangkan kan? Jika ada sepuluh atau lebih orang melakukan hal ini. Pasar akan bau, jorok, dan tidak sehat. Akibatnya sudah pasti pasar akan dijauhi orang-orang. Maka pemberdayaan pasar menjadi pasar yang bersih pun akan gagal. Ini hanya satu contoh.
Mungkin pemerintah perlu memikirkan hal ini. Minimal untuk tempat-tempat yang merupakan fasilitas umum, disediakan MCK gratis, dan tidak cukup dengan itu, mungkin masyarakat perlu dididik pentingnya menjaga kebersihan. Kalau perlu tindak tegas mereka yang tidak hidup bersih sehingga masyarakat jadi disiplin dalam menjaga kebersihan. Tidak instan, dan dibutuhkan kesabaran. Karena China dan Singapura saja butuh waktu 30 Tahun untuk mendidik masyarakatnya supaya bersih.................Indonesia butuh berapa tahun ya kira2? Puluhan? atau Ratusan?

Friday, April 11, 2008

Kritik: Tujuan dan Cara

Berbicara mengenai kritik, tentunya hampir semua kita pernah mengalami yang namanya di kritik. Dimana-mana yang namanya di kritik itu ga enak. Ada satu bagian dari diri kita yang rasanya tepojok dan tercabik, itulah ego. Karena ego, biasanya selalu melihat diri kita benar dan benar, sebaliknya orang lain yang salah.

Akhir-akhir ini, ramai diberitakan media gugatan DPR terhadap kelompok musik SLANK yang dinilai telah mengkritik DPR. Tidak peduli mereka benar atau salah, yang jelas DPR tidak suka di kritik oleh SLANK. Itulah contoh dari sebuah ego yang dominan.


Berbicara mengenai kritik, saya jadi terpikir mengapa kritik itu timbul? apa tujuan orang mengkritik? kalau kita berfikir negatif, bisa jadi kita melakukan pembelaan bahwa orang kritik itu karena dia tidak mampu, atau ada pihak lain yang iri, sirik, dan sejenisnya. Tapi, kita kan selalu diajarkan untuk berfikir positif berbaik sangka (karena kebanyakan dari buruk sangka itu dosa), maka kita akan melihat bahwa orang mengkritik karena ada sesuatu yang salah, atau sesuatu yang tidak pada tempatnya. Dan tujuan orang mengkritik itu, ya supaya kita bisa melakukan sesuatu yang lebih baik, dengan memperhatikan apa yang dikritik pihak lain.


Kalau begitu, kita supaya tujuan ini efektif, maka yang penting dari sini adalah bagaimana cara kritik itu di kemas. Saya sebagai manusia jelas ga suka kalau harus menerima kritik, tapi saya mempunyai seorang teman, dimana saya suka dikritik oleh beliau. Mengapa? Pertama, dan yang paling saya suka adalah cara mengkritiknya yang menyenangkan, tidak membuat saya terpojok dan sakit hati. Kalaupun saya pernah merasa down dengan kritiknya, namun secepatnya dia mengangkat mental saya kembali. Itu yang saya suka. kedua, adanya kesadaran dari diri saya sendiri yang menganggap bahwa kritikan daro teman saya ini akan baik untuk proses pengembangan diri dan proses pembelajaran diri. Sebaliknya, saya sangat sebal dikritik sama orang yang tidak punya etika, berani mengkritik di belakang dan sebagainya. meskipun yang dikritik baik, namun karena cara penyampaiannya tidak dikemas dengan baik, maka kritik tersebut menjadi tidak efektif.


Dalam suatu riwayat, ada hadits dimana jika seorang istri salah, maka ia harus diberi tahu dengan cara-cara yang baik, kalau dengan kata-kata yang baik tidak mempan, maka seorang suami boleh memukul istrinya, jika tidak berubah juga, maka seorang suami bisa bersikap tegas dengan memisahkan tempat tidur istri. dari sini jelas bahwa kita diajarkan untuk melakukan kritik dengan cara-cara yang baik.

Kritik dalam Islam merupakan bagian dari amar ma'ruf nahi munkar. Sesungguhnya mencegah kemungkaran adalah fardhu kifayah. Sebagaimana disebutkan dalam dalam surat Ali Imran ayat 110 disebutkan bahwa "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah SWT. meski demikian tetap ada etika dan akhlak dalam melakukan amar ma'ruf nahi munkar diantaranya seperti melakukan dengan lemah lembut, tidak anarkis, ataupun tidak merusak. Selain itu, agar apa yang disampaikan, maka pihak yang menyampaikan pesan atau kritik pun harus lebih baik, sehingga apa yang disampaikan menjadi efektif.

Kembali ke kritik, bahwa dengan berorientasi kepada tujuan adanya perubahan yang lebih baik, maka kritik hendaknya disampaikan dengan cara-cara yang baik, tidak anarkis dan kekerasan, dan yang menyampaikan kritik pun bisa menunjukkan contoh yang lebih baik minimal dari dirinya sendiri.

Tuesday, March 11, 2008

Ketika materi menjadi sebuah kacamata

Biasanya, jika mata kita tidak bisa berfungsi secara normal untuk melihat maka kita akan menggunakan alat bantu yang namanya kacamata. Kacamata juga digunakan untuk melindungi mata dari sinar matahari dan juga debu dan kotoran, terutama di musim panas. Tapi dalam keseharian makna kacamata sering bergeser dari makna denotasi ke makna konotasi. Misalkan saat kita menjadi orang yang cuek, ga peduli kiri kanan, tebal muka atau muka tembok, maka kita akan disebut menggunakan kacamata kuda.

Dalam kehidupan nyata, dimana kita kenal dan berinteraksi dengan banyak orang, kita juga mengenakan mata. Namun mata yang ini tidak hanya sekedar mata yang biasa kita gunakan untuk melihat, namun kita juga perlu menggunakan mata lain yaitu mata hati atau mata batin. Mengapa? Karena jika kita hanya melihat seseorang hanya dari mata telanjang. Maka yang kita lihat hanya apa yang tampak, padahal seseorang itu jauh lebih kompleks dan lebih rumit dari sekedar apa yang terlihat oleh mata biasa kita.

Seseorang yang terlihat cuek, mungkin hatinya baik. Atau seseorang yang tampilannya necis bisa jadi pencopet di kereta atau bis. Di sinilah dituntut kepekaan mata batin kita dalam menilai dan untuk kemudian memahami seseorang.

Satu hal yang lebih buruk selain hanya melihat dengan mata telanjang, adalah melihat seseorang dengan kacamata yang frame nya materi. Kita hanya akan melihat ih dia ga cantik, ih dia ga kaya, ih dia bukan golongan dan kelas gue, ih dia bajunya murahan. ketika kita menggunakan materi sebagai frame, maka kita akan secepat kilat membuat black list jika seseorang tidak masuk dalam kategori ideal (katakan: cantik, kaya, pintar, putih, berkelas, dll). Lebih lanjut, kita akan membangun jarak dengan orang-orang di luar kategori ideal ini, dan pada akhirnya akan membangun dinding untuk tidak berhubungan dengan mereka.

Bagi saya sikap seperti ini jelas tidak hanya tidak manusiawi, tapi juga tidak mencerminkan aspek tauhidi dalam kehidupannya. Mengapa demikian? karena seseorang yang beriman kepada Allah, juga beriman kepada kitab2nya, berimana kepada taqdir yang baik dan yang buruk, disamping kepada malaikat, nabi dan rasul Allah dan juga hari kemudian. Dalam Al Quran disebutkan bahwa Allah akan menyempitkan dan meluaskan rejekinya bagi siapa yang Dia kehendaki, Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Artinya, miskin bisa jadi bukan suatu cacad atau aib jika seseorang sudah berusaha maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidup dna keluarganya secara maksimal. Akan dikatakan aib, jika seseorang malas atau tidak mau bekerja kemudian hanya menyandarkan hidupnya pada orang lain. BUkan suatu aib, jika seseorang hidupnya hanya masuk golongan menengah ke bawah. Dan bukan sesuatu yang aib jika seseorang terlahir tidak cantik, bukan suatu aib jika seseorang lahir dengan keterlambatan mental. Dalam Al Quran juga disebutkan bahwa apa yang kita miliki juga hanya titipan. Harta, anak, istri, semuanya hanya perhiasan dunia, yang suatu saat siap untuk diminta kembali oleh Yang Maha Hak. Bahkan tubuh yang kita bangga-banggakan kecantikan dan ketampanannya pun bukan milik kita, Allah berhak memintanya kembali kapan saja. Entah itu sebagian atau keseluruhan. Apa yang kita banggakan hidup di dunia ini? Dunia ini hanya sementara, kita diberi kesempatan di dunia ini, diberi kelengkapan dengan tubuh yang sempurna beserta akal dan pikiran untuk menjadi seorang khalifah di muka bumi. Tugas khalifah, adalah mengelola bumi dan isinya (lingkungan) untuk kemudian saling berbagi kepada sesama, mewujudkan rahmatan lil alamin yang semuanya dalam rangka ibadah kepada Sang Maha Pemberi Hidup. Sebagai khalifah menurut hemat saya, dan apa yang saya baca dari buku-buku manusia diberi kebebasan. Namun kebebasan ini harus dapat dipertanggungjawabkan, dengan cara memberikan rambu-rambu mana yang harus dilalui dan mana yang harus dihindari. Diantaranya dengan tidak melakukan kerusakan di muka bumi ataupun berbuat curang, atau tidak mau berbagi kepada sesama. Contoh kecilnya, ibarat seorang ibu yang memberi uang jajan kepada anaknya, sang ibu tentunya ingin agar uang tersebut digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Bukan dibelikan rokok, atau sesuatu yang memberikan keburukan untuk si anak.

Nah, jika kita menggunakan materi dalam melihat seseorang maka kita akan berjarak dengan orang-orang di luar frame ideal kita. Padahal mereka juga makhluk Allah dengan segala kekurangan yang harus kita hormati, kita sayangi, dan kita perlakukan dengan baik sebagai bagian dari konsep hablumminallah dan hablumminannas. Kata nass di sini tidak hanya orang Islam (muslim) namun juga manusia. Masih teringat saya akan riwayat yanng menceritakan kebiasaan Rasulullah yang senantiasa memberi makan seorang pengemis yahudi yang buta di dekat pasar madinah. Rasulullah melakukannya dengan kelembutan hatinya, dengan cara melumatkan makanan tersebut terlebih dahulu kemudian menyuapi si pengemis. Padahal si pengemmis buta tersebut senantiasa mencaci maki Rasulullah dan mengatakan bahwa Muhammad gila. Tapi Rasulullah tetap melakukan kebiasaannya itu, tanpa pernah mengatakan bahwa dirinya adalah Muhammad yang selalu di caci maki pengemis tersebut. Subhanallah, demikian mulianya perilaku Rasulullah. Membaca riwayat ini tidak hanya membuat saya berlinangan air mata, namun membuat saya merasa bahwa pribadi saya masih demikian jauh dibandingkan beliau. Saya tidak ada apa-apanya dibandingkan akhlak dan kepribadiannya yang demikian mulia. Saya, dan mungkin umat muslim lainnya menyatakan bahwa beliaulah tauladan , Sunnah beliau yang saya dan muslim lainnya ikuti. Namun perbuatan saya ternyata masih jauh dari sunnahnya.

Kalau kembali ke topik awal tentang kacamata materi. maka sudah menjadi lebih jelas, bahwa dengan kaca mata materi rasanya perilaku kita akan semakin jauh dari perilaku Rasulullah. Kita bukan orang yang sempurna, namun minimal kita berusaha untuk berbuat menuju kesempurnaan.

Memaknai Sabar

Sekitar 3 tahun yang lalu, saya berdiskusi dengan seorang teman yang lebih senior dibandingkan saya. Saat itu yang kami bincangkan adalah mengenai sabar. Teman saya bilang, orang seringkali keliru dalam memaknai kata sabar. sabar selalu identik dengan pasrah, menerima apa adanya. Seperti contoh ketika kita dituduh melakukan sesuatu yang tidak kita lakukan, kita diam. Itu sabar. Atau ketika misalnya kita sakit, kita dianjurkan untuk bersabar. Ketika kita kehilangan orang yang kita cintai kita disuguhi kata sabar oleh semua orang. Ketika kita tidak berhasil mencapai sesuatu yang kita inginkan kita dianjurkan untuk sabar. itulah sabar yang akrab di keseharian kita menerima sesuatu dan pasrah. Tapi sebenarnya, kata sabar itu tidak seperti itu. Menurut hemat saya, seseorang dikatakan sabar itu adalah orang yang menerima keadaan dan tapi tetap berusaha untuk menjadi lebih baik. sebagai contoh ketika seseorang sakit dia terima sakitnya namun tidak lantas berdiam diri menunggu kesembuhan datang akan tetapi tetap berusaha bagaimana agar segera sebagaimana sediakala. Ketika kita tidak berhasil menggapai suatu target, sabart bukan berati hanya menerima namun tetap berusaha meskipun berbagai aral melintang datang menghadang. Begitulah kata teman saya. Saya juga teringatkemuliaan antara orang miskin yang sabar dengan orang kaya yang bersyukur. Orang miskin yang sabar mungkin bukan orang yang pasrah ketika tidak ada lowongan pekerjaan, kemudian memilih jadi peminta-minta. Namun orang miskin yang sabar adalah orang yang tetap berusaha bekerja sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun tidak mencukupi kebutuhan keluarganya. Karena islam, sebagai agama yang menurut saya universal, telah menggariskan bahwa manusia sebagai seorang khalifah di muka bumi ini, diberikan kebebasan untuk memakmurkan bumi, bekerja dengan bekal akal budi yang dimiliknya. Kecuali orang-orang yang renta, dan cacat secara fisik.
Kembali ke konsep sabar Arvan Pradiansyah dalam suatu talk show di radio pernah bilang, bahwa yang namanya sabar adalah menyatukan hati dan pikiran dengan apa yang sedang dihadapi. Sebaliknya orang yang tidak sabar adalah yang tidak bisa menyatukan pikirannya dengan apa yang sedang dihadapi. Misalkan ketika sedang di kantor, memikirkan pulang lewat jalan mana sehingga tidak kena macet. Nah ini kira-kira contoh tidak sabar menurut beliau.

Dulu saya pernah mendengar mengatakan bahwa sabar adalah tingkatan yang paling rendah sebelum mencapai sikap ikhlas dan ridho. Nah lo? Terus sabar gimana dong....

Kalau dihubungkan dengan pendapat teman saya yang diatas seperti apa ya? Hmm mungkin saya bisa menyatukan keduanya. Saya memandang sabar sebagai sebuah sikap dimana kita tetap on the track. Misalkan sabar ketika ditinggalkan orang-orang tercinta, kita dikatakan sabar jika bisa menerima hal itu dan dapat kembali melanjutkan hidup seperti sebagaimana biasa. Ketika sakit, sabar kita berusaha agar dapat sembuh sebagaimana biasa. Sabar ditempat kerja berarti kita dapat melakukan segala aktiftas sesuai schedul dan target yang diberikan dengan penuh konsentrasi. Demikian juga sabar ketika kita difinah, kita bisa menunjukkan bahwa kita tidak bersalah tanpa perlu membalas dendam, atau sabar dalam mencapai suatu tujuan adalah tetap semangat dengan rencana-rencana yang kita susun agar tujuan kita tercapai. Gitu kali ya.....

Bagaimana dengan sabar dalam shalat? ya tetap on the track dengan jalan memusatkan pikiran agar bisa khusuk, bukankah inti sholat ada pada khusu'nya bukan sholatnya. Dan sabar itu sangat mulia, karena Allah selalu beserta orang-orang yang sabar. Amiin

Saturday, March 08, 2008

menikmati dan merasakan

Yang namanya menikmati dan merasakan biasanya sesuatu yang identik dengan kenikmatan, kelezatan, kesenangan, keindahan, kemewahan dan semua yang enak lainnya. Itu sesuatu yang wajar dan lumrah. Karena sayang rasanya sesuatu yang bagus jika kita lewatkan begitu saja ntah itu film, buku, lagu, makanan dan apalah namanya.
Tapi bagaimana dengan sesuatu yang tidak menyenangkan? Macet, hujan, banjir, sakit, bete, dijauhin teman dll. Ternyata untuk hal-hal yang tidak menyenangkan ini pun sebaiknya kita nikmati. Mengapa? Pertama, jika kita berkeluh kesah dengan hal tidak menyenangkan yang kita alami, maka akan membuat pikiran kita ruwet, dengan pikiran ruwet akan susah menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Otak kita serasa beku, sehingga kita tidak bisa menyelesaikan masalah yang saat ini kita hadapi. Dalam jangka panjang, kondisi ini tidak baik untuk kesehatan mental dan fisik kita. Kedua, ketika kita menikmati suatu kondisi tidak enak, maka ketika kita dalam kondisi normal, maka kita dapat menjalani, menikmati dengan rasa syukur. Seringkali kita kurang bersyukur ketika kita sehat, kurang bersyukur memiliki teman yang care, kurang bersyukur dengan pimpinan yang pengertian. Kita acap merasa kurang puas dengan apa yang kita dapatkan. Kita sering mengeluh ketika makanan yang kita nikmati kurang garam, atau terlalu banyak garam. Padahal, banyak orang di dunia ini yang untuk makan tiga kali sehaaripun tidak bisa. Dengan menikmati sesuatu yang tidak enak, kita jadi bisa bersyukur atas segala nikmat yang kita rasakan. Bukankah Allah berjanji bahwa Ia akan menambah kenikmatan Nya jika kita bisa bersyukur? Tapi kok kita sering mengabaikannya ya :)

Tuesday, February 26, 2008

Seorang anak dengan kompeng di Busway

Saya sempat menyesal mengapa memilih untuk naik busway ketimbang naik kereta dalam perjalanan dari Depok ke Jakarta. Tadinya saya takut kelamaan nunggu kereta, maklum jadwal kereta yang kadang tepat namun lebih sering telat. Akhirnya saya pun memilih busway dengan harus ke Pasar rebo terlebih dahulu. Ternyata si Mr. B tak kunjung datang. Jalan dari Kampung rambutan kea rah Pasar Rebo pun tersendat. Setelah sekian lama akhirnya Mr. B yang ditunggu pun datang. Alhamdulillah masih dapat duduk sesuai dengan harapan di awal, kondisi ini agak menghibur.
Seperti biasa saya suka lihat sana sini, kalau kebetulan tidak bawa buku untuk di baca. Di depan seorang Bapak berdiri. Beliau membawa paying lipat. Kemudian paying lipatnya dimasukkan ke dalam kantong. Ternyata musim hujan, kantong tidak hanya menyimpan dompet, hp tapi juga payung.
Di antara mereka yang duduk di deretan bangku di depan saya, seoang ibu memangku anaknya. Anaknya menurut saya sudah tidak lagi kecil. Mungkin sudah diatas 3 tahun. Namun anehnya si anak masih mengisap kompeng. Hmmm, saya jadi teringat dengan salah satu tayangan reality show di metro Teve tentang The Nanny 911 di Minggu sore beberapa waktu yang lalu, seoang anak yang diatas 1,5 tahun (atau 1 tahun ya?) sepertinya sudah tidak pantes untuk pakai kompeng. Karena hal ini akan mempengaruhi kemandirian mereka. Itu mungkin benar, kalau saya perhatikan tingkah anak yang dipangku ibunya, meskipun masih kecil tapi sangat kelihatan ketidakmandirian si anak. Semuanya ingin dilayani. Bawaannya ngambek dan maunya serba dilayani. Saya tidak tahu bagaimana hubungan antara kompeng dengan kemandirian. Namun mungkin perlu diteliti lebih dalam. Terus terang ini mengurangi rasa menyesal saya nunggu busway yang lama, karena mengingatkan saya akan sesuatu yang mungkin akan berguna buat saya di suatu hari nanti.

Lansia, Cucu dan Kebenaran

Sore tadi, pada acara presentasi riset unggulan di kampus UI Depok, salah satu topic penelitiannya adalah tentang bagaimana melibatkan lansia dalam budidaya mikroalga, sekaligus berapa besar potensi ekonomi yang bisa didapatkan. Menurut Reviewer yang menarik dari topic ini adalah pemberdayaan lansianya. Di Indonesia, lansia masih dianggap tidak berdaya, merepotkan dan tidak memiliki kontribusi terhadap perekonomian. Hal ini berbeda dengan kondisi di negara lain seperti Jepang, Singapura, atau negara lain, dimana lansia diberdayakan untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif.

Ada yang menarik dari apa yang disampaikan oleh Ary Suta, bahwa dirinya juga mencemaskan, seperti apa nanti masa tuanya. Menurutnya, menjadi lansia harus memiliki daya tarik. Karena kalau lansia tidak memiliki daya tarik, cucu tidak akan datang. Tapi kalau seorang lansia memiliki daya tarik, maka cucu-cucu akan datang dengan sendirinya. Dan daya tarik seorang lansia itu terletak pada yang namanya uang dan derivasinya. Hal ini tidak bisa dipungkiri, karena inilah kenyataannya saat ini. Hiii saya jadi teringat dengan anak sepupu saya yang tidak mau diajak ke rumah kakeknya karena alasan rumah kakeknya jelek. Saya pun jadi teringat dengan Bapak, akankah saya mampu mendidik anak-anak yang tidak melihat segala sesuatunya dari materi? Mengingat saat ini setiap orang dijejali dengan materialisme dari mulai bayi sampai lansia. Saya juga jadi memikirkan, seperti apa hari tua saya nanti? Apakah hanya menyusahkan atau justru bisa memberikan manfaat sampai dengan akhir kehidupan ini.

Kembali kepada penelitian tentang mikroalga, ternyata mikro alga memiliki banyak manfaat. Selain sebagai salah satu sumber energi alternative untuk bioenergi, tumbuhan ini juga dapat dimanfaatkan untuk kosmetik, suplemen makanan dan dapat menyerap polutan (udara yang kotor). Berdasarkan informasi tanaman ini sangat mudah dikembangbiakkan dan sangat subur jika dikembangkan dengan menggunakan limbah WC rumah tangga. Mungkin ini salah satu kemahabesaran Tuhan, kotoran yang kita keluarkan pun masih memiliki manfaat dalam keberlangsungan ekosistem di sekitar kita. Benar kata seorang Profesor yang pernah memberikan mata kuliah pada pelatihan penulisan proposal beberapa saat lalu. Kita mungkin tidak bisa menemukan Tuhan di dunia ini, namun salah satu cara untuk menemukan Tuhan adalah dengan menemukan semakin banyak kebenaran. Dan mencari kebenaran adalah proses yang terus menerus. Salah satu caranya adalah dengan meneliti dan terus meneliti...