Tuesday, February 26, 2008

Lansia, Cucu dan Kebenaran

Sore tadi, pada acara presentasi riset unggulan di kampus UI Depok, salah satu topic penelitiannya adalah tentang bagaimana melibatkan lansia dalam budidaya mikroalga, sekaligus berapa besar potensi ekonomi yang bisa didapatkan. Menurut Reviewer yang menarik dari topic ini adalah pemberdayaan lansianya. Di Indonesia, lansia masih dianggap tidak berdaya, merepotkan dan tidak memiliki kontribusi terhadap perekonomian. Hal ini berbeda dengan kondisi di negara lain seperti Jepang, Singapura, atau negara lain, dimana lansia diberdayakan untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif.

Ada yang menarik dari apa yang disampaikan oleh Ary Suta, bahwa dirinya juga mencemaskan, seperti apa nanti masa tuanya. Menurutnya, menjadi lansia harus memiliki daya tarik. Karena kalau lansia tidak memiliki daya tarik, cucu tidak akan datang. Tapi kalau seorang lansia memiliki daya tarik, maka cucu-cucu akan datang dengan sendirinya. Dan daya tarik seorang lansia itu terletak pada yang namanya uang dan derivasinya. Hal ini tidak bisa dipungkiri, karena inilah kenyataannya saat ini. Hiii saya jadi teringat dengan anak sepupu saya yang tidak mau diajak ke rumah kakeknya karena alasan rumah kakeknya jelek. Saya pun jadi teringat dengan Bapak, akankah saya mampu mendidik anak-anak yang tidak melihat segala sesuatunya dari materi? Mengingat saat ini setiap orang dijejali dengan materialisme dari mulai bayi sampai lansia. Saya juga jadi memikirkan, seperti apa hari tua saya nanti? Apakah hanya menyusahkan atau justru bisa memberikan manfaat sampai dengan akhir kehidupan ini.

Kembali kepada penelitian tentang mikroalga, ternyata mikro alga memiliki banyak manfaat. Selain sebagai salah satu sumber energi alternative untuk bioenergi, tumbuhan ini juga dapat dimanfaatkan untuk kosmetik, suplemen makanan dan dapat menyerap polutan (udara yang kotor). Berdasarkan informasi tanaman ini sangat mudah dikembangbiakkan dan sangat subur jika dikembangkan dengan menggunakan limbah WC rumah tangga. Mungkin ini salah satu kemahabesaran Tuhan, kotoran yang kita keluarkan pun masih memiliki manfaat dalam keberlangsungan ekosistem di sekitar kita. Benar kata seorang Profesor yang pernah memberikan mata kuliah pada pelatihan penulisan proposal beberapa saat lalu. Kita mungkin tidak bisa menemukan Tuhan di dunia ini, namun salah satu cara untuk menemukan Tuhan adalah dengan menemukan semakin banyak kebenaran. Dan mencari kebenaran adalah proses yang terus menerus. Salah satu caranya adalah dengan meneliti dan terus meneliti...

No comments: