Saturday, May 12, 2007

Cantik dan Kapitalisme

Sekilas memang mungkin akan sangat jauh mengaitkan antara cantik dan kapitalisme. Namun di era globalisasi ini apa sih yang ga mungkin, jarak anta kutub aja bisa sangat dekat, apalagi cuma antara cantik dengan kapitalisme. Sistem pasar bisa menjadikan keduanya menjadi dekat, bahkan teramat dekat. Kok bisa? Mari kita bahas.

Saat ini, ketika kita berbicara tentang cantik pasti selalu akan merujuk ke makhluk yang berjenis kelamin wanita. Kayaknya belum ada tuh bicara cantik yang ditujukan kepada kaum adam. Nah ketika orang disuruh membuat semacam persepsi tentang apa itu cantik, maka saat ini orang umumnya akan membuat sebuah ilustrasi bahwa cantik itu identik dengan putih, mulus, langsing, rambut lurus, semampai. trus apa lagi ya, setidaknya itu. Nah cantik yang demikian itu kan cantik sesuai yang diiklankan oleh media ataupun produk-produk kecantikan.
Karena cantik selalu merujuk kepada kriteria-kriteria di atas, maka walhasil orang berlomba-lomba untuk memakai produk-produk kecantikan yang bisa bikin putih, bikin mulus, bikin langsing, bikin ga jerawaratan. Nah disini nih, dengan menjual isu cantik, orang-orang jadi sangat tergantung pada produk-produk kecantikan, make up, perawatan diri, alat pelangsing dll. Bahkan mantan puteri Indonesia, Artika Sari Devi konon di bayar 1 M dengan mengiklankan produk pelangsing tubuh dari singapura yang pembayarannya boleh dicicil sekian ratus ribu setiap bulannya. Dengan menjual cantik seorang wanita rela menghabiskan uangnya beratus-ratus ribu setiap bulannya ke salon-salon kecantikan dan juga untuk belanja produk-produk kecantikan. Huah, suatu jumlah yang mungkin akan sangat banyak nilainya bagi seorang pemulung jalanan yang mungkin hanya bisa mendapatkan uang dibawah 10 ribu per hari dari hasil mengumpulkan barang bekas....ironis kan......

Disadari atau tidak, tema tentang cantik telah dieksploitir sedemikian rupa oleh kaum kapitalis sehingga dengan demikian mereka bisa memasarkan produk kecantikan dari ujung rambut ke ujung kaki dan mengeruk keuntungan sebesar mungkin. Sesuatu yang secara natural memang telah menjadi impian seorang wanita untuk menjadi cantik, dieksploitis demi keuntungan bisnis kaum kapitalis. Bahkan saat ini segelintir kaum adam pun mulai terjebak dalam gaya hidup yang agak feminin (ke salon, perawatan, memakai produk perawatan tubuh dan wajah untuk menunjang penampilan), wooooow.

Kembali kepada konsep cantik, seandainya cantik identik dengan putih, mulus dan berrambut lurus, alangkah malangnya mereka yang terlahir menjadi orang papua, atau orang kulit hitam, tentu dengan kriteria tersebut, perempuan-perempuan papua atau kulit hitam tidak ada yang cantik. Hmm, kalaupun mereka memakai pemutih berkilo-kilo kulit mereka ga akan putih tuh, terus apa mereka mau terlahir jadi kulit hitam....di dunia ini ada hal-hal yang tidak bisa kita pilih ketika kita lahir, termasuk salah satunya ras, warna kulit, cantik atau jelek, hidung mancung dan pesek dan juga orang tua. Kalau setiap orang bisa milih tentunya akan memilih terlahir berkulit putih, jadi anak milyuner, terlahir cantik dan berhidung mancung. Tapi sekali lagi itu semua bukan pilihan. Sama halnya ketika seorang terlahir menjadi seorang anak pemulung siapapun tentunya tidak ingin terlahir dalam keadaam seperti itu.

So? apakah dengan demikian seorang muslimah ga harus cantik? Hmm bagaimanapun islam mengakui adanya kesengangan dunia termasuk hal-hal yang terkait dengan kecantikan ini. Bahkan cantik merupakan salah satu dari kriteria yang disyaratkan Rasulullah dalam memilih istri. nah berarti harus cantik. Tapi jangan lupa, cantik bukan yang utama karena kata nabi jika ingin selamat dunia akhirat maka pilihlah yang takwa. Bahkan, Allah pun dalam sekian ayatnya menegaskan bahwa terlepas dia menciptakan laki-laki dan perempuan dari berbagai suku dan bangsa yang paling mulia adalah orang-orang yang paling takwa.

Dalam Islam, perempuan disuruh dandan untuk menyenangkan hati suami (Tau kan kalau suami itu pasti laki-laki, dan sudah sunnatullah bahwa seorang lelaki itu suka dengan wanita, apalagi yang cantik). dan menyenangkan suami adalah suatu ibadah. Nah, sekarang kita bisa mulai bisa menarik suatu benang merah dari hal ini. Antara cantik, taqwa dan ibadah menjadi suatu variabel antara yang ada di antara keduanya. Menjadi cantik adalah sesuatu yang syar'i jika cantik diniatkan untuk menyenangkan hati suami dan ini merupakan suatu ibadah yang akan membawa kepada taqwa. Nah, boleh cantik asal ga sampe boros dan berlebih-lebihan :), karena kalau boros udah bertentangan dengan alquran selain menghabiskan dompet suami.

Ada hal lain, untuk mengurangi dampak negatif kapitalis yang mengeksploitir cantik sehingga kita tidak terjebak dalam gaya hidup yang hedonis dan konsumtif, mungkin kita perlu meredefinisi ulang tentang cantik. Banyak sisi positif yang bisa kita ambil dari hal ini. salah satunya bagi mereka yang tidak terlahir cantik (menurut pandangan awam) menjadi tidak minder dan menyesali diri (example, kok Tuhan ga adil ya menjadikan saya lebih jelek, dll etc) dan yang kedua, hal ini bisa meningkatkan intelektualitas kaum perempuan sehingga lebih excellence.

Bagaimana kita menilai suatu kecantikan? Mungkin kita bisa melihat bahwa cantik bermula dari hati yang bersih, tulus dan penuh belas kasih. Kebayang ga sih bagaimana seandainya seseorang yang berwajah cantik tapi hatinya penuh dendam dan juga berhati kejam?

Setelah itu kita dapat melangkah ke hal-hal lain, yang merupakan implementasi dari sikap tulus seperti tangan yang suka menolong, bibir yang selalu mengutarakan kata-kata yang baik, mata yang menyiratkan rasa cinta kepada sesama. Hal lain adalah bagaimana seorang perempuan terlihat elegan ketika dia smart dan memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas. Dengan punya banyak pengetahuan dan ketrampilan seorang wanita tidak hanya elegan tapi juga punya sikap, mandiri dan kepribadian. (saya jadi ingat, waktu saya kecil, saya pernah membaca sebuah prinsip seorang bintang film hollywod terkenal, Jodie Foster, menurutnya dia tidak terlalu cantik makanya harus pintar, terus terang kata-kata itu selain membuat saya kagum dengan Jodie, jga memiliki suatu pengaruh yang luar biasa bagi saya untuk bisa pinter karena kalau mau dibandingkan dengan Jodie Foster yang mengaku tidak cantik saya masih jauh lebih tidak cantik, heheheheh). Nah untuk punya keahlian, pengetahuan dan ketrampilan ini bukan bawaan lahir melainkan suatu pilihan yang bisa diusahakan. Tergantung seberapa besar usaha dan kerja keras kita untuk mencapainya.

Apakah hanya cantik saja yang bisa menyenangkan hati suami? Agaknya dijaman yang terus berubah ini, seorang istri selain cantik juga harus pinter. Kenapa? bukankah seorang ibu itu merupakan guru pertama bagi anak-anaknya, bagaimana menghasilkan anak yang cerdas kalau gurunya tidak cerdas. Hanya dengan susu tidak cukup menjadikan seorang anak menjadi cerdas :). Selain itu, menurut MB, suami teman saya, seorang istri juga harus bisa mengikuti perkembangan pemikiran suaminya, kalau ga jangan salahkan kalau suami punya WIL (wanita idaman lain) gara-gara istrinya ga bisa diajak curhat tentang kerjaan dll. Bukankah selingkuh berawal dari curhat? hehheehe, setuju ga?