Friday, April 11, 2008

Kritik: Tujuan dan Cara

Berbicara mengenai kritik, tentunya hampir semua kita pernah mengalami yang namanya di kritik. Dimana-mana yang namanya di kritik itu ga enak. Ada satu bagian dari diri kita yang rasanya tepojok dan tercabik, itulah ego. Karena ego, biasanya selalu melihat diri kita benar dan benar, sebaliknya orang lain yang salah.

Akhir-akhir ini, ramai diberitakan media gugatan DPR terhadap kelompok musik SLANK yang dinilai telah mengkritik DPR. Tidak peduli mereka benar atau salah, yang jelas DPR tidak suka di kritik oleh SLANK. Itulah contoh dari sebuah ego yang dominan.


Berbicara mengenai kritik, saya jadi terpikir mengapa kritik itu timbul? apa tujuan orang mengkritik? kalau kita berfikir negatif, bisa jadi kita melakukan pembelaan bahwa orang kritik itu karena dia tidak mampu, atau ada pihak lain yang iri, sirik, dan sejenisnya. Tapi, kita kan selalu diajarkan untuk berfikir positif berbaik sangka (karena kebanyakan dari buruk sangka itu dosa), maka kita akan melihat bahwa orang mengkritik karena ada sesuatu yang salah, atau sesuatu yang tidak pada tempatnya. Dan tujuan orang mengkritik itu, ya supaya kita bisa melakukan sesuatu yang lebih baik, dengan memperhatikan apa yang dikritik pihak lain.


Kalau begitu, kita supaya tujuan ini efektif, maka yang penting dari sini adalah bagaimana cara kritik itu di kemas. Saya sebagai manusia jelas ga suka kalau harus menerima kritik, tapi saya mempunyai seorang teman, dimana saya suka dikritik oleh beliau. Mengapa? Pertama, dan yang paling saya suka adalah cara mengkritiknya yang menyenangkan, tidak membuat saya terpojok dan sakit hati. Kalaupun saya pernah merasa down dengan kritiknya, namun secepatnya dia mengangkat mental saya kembali. Itu yang saya suka. kedua, adanya kesadaran dari diri saya sendiri yang menganggap bahwa kritikan daro teman saya ini akan baik untuk proses pengembangan diri dan proses pembelajaran diri. Sebaliknya, saya sangat sebal dikritik sama orang yang tidak punya etika, berani mengkritik di belakang dan sebagainya. meskipun yang dikritik baik, namun karena cara penyampaiannya tidak dikemas dengan baik, maka kritik tersebut menjadi tidak efektif.


Dalam suatu riwayat, ada hadits dimana jika seorang istri salah, maka ia harus diberi tahu dengan cara-cara yang baik, kalau dengan kata-kata yang baik tidak mempan, maka seorang suami boleh memukul istrinya, jika tidak berubah juga, maka seorang suami bisa bersikap tegas dengan memisahkan tempat tidur istri. dari sini jelas bahwa kita diajarkan untuk melakukan kritik dengan cara-cara yang baik.

Kritik dalam Islam merupakan bagian dari amar ma'ruf nahi munkar. Sesungguhnya mencegah kemungkaran adalah fardhu kifayah. Sebagaimana disebutkan dalam dalam surat Ali Imran ayat 110 disebutkan bahwa "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah SWT. meski demikian tetap ada etika dan akhlak dalam melakukan amar ma'ruf nahi munkar diantaranya seperti melakukan dengan lemah lembut, tidak anarkis, ataupun tidak merusak. Selain itu, agar apa yang disampaikan, maka pihak yang menyampaikan pesan atau kritik pun harus lebih baik, sehingga apa yang disampaikan menjadi efektif.

Kembali ke kritik, bahwa dengan berorientasi kepada tujuan adanya perubahan yang lebih baik, maka kritik hendaknya disampaikan dengan cara-cara yang baik, tidak anarkis dan kekerasan, dan yang menyampaikan kritik pun bisa menunjukkan contoh yang lebih baik minimal dari dirinya sendiri.