Wednesday, February 21, 2007

International Roundtable Discussion tentang arsitektur Perbankan Syariah di Indonesia

Pagi tadi ada acara roundtable discussion di Bank Indonesia terkait dengan arsitektur perbankan Bank Indonesia. Sebagai keynote speech dalam acara ini adalah bapak Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah. Dalam sambutannya beliau mengatakan bank syariah meskipun saat ini sharenya masih kecil dalaml perbankan nasional namun memiliki dampak yang luar biasa terutama dalam menjalankan fungsi intermediasi. Lebih dari itu, bank syariah tumbuh secara cepat dalam 5 tahun terakhir. Karenanya, Bank Indonesia sebagai Bank SEntral merasa perlu untuk memberikan ruang yang lebih besar untuk pengembangan industri perbankan ini. Salah satu wujud kepedulian perbankan syariah adalah dengan membuat program percepatan pertumbuhan perbankan syariah yang dikenal dengan program akselerasi , dimana sampai dengan tahun 2008 ditargetkan share perbankan syariah mencapai 5 persen dari total perbankan nasional. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain dengan melakukan sosialisasi yang melibatkan akademisi, praktisi, maupun alim ulama. Hal lain yang dilakukan adalah dengan dukungan regulasi, dan pengembangan sumber daya insani (SDI).

Acara ini terdiri atas dua sesi. Sesi pertama dihadiri oleh 3 orang pembicara yaitu Bapak Triono Widodo dari Direktorat Riset dan Kebijakan Moneter, kemudian bapak Edy Setiadi dari DBPS dan satu lagi sebagai pembahas dari draft arsitektur perbankan syariah Indonesia yaitu Bapak Mohammad Obaidullah dari IRTI. Bapak Triono Widodo memaparkan bagaimana perkembangan ekonomi Indonesia dari sisi makroekonomi. Masalah utama yang dibahas adalah kondisi perekonomian di Indonesia, dimana pertumbuhan ekonomi tidak memberikan dampak positif pada kondisi perekonomian yang low investmen, low labor absorption. Semuanya dikarenakan AS yang rigid, sehingga sedikit perubahan agregat demand akan berdampak kepada inflasi yang tinggi.

Pak Edi Setiadi memaparkan tentang blue print arsitektur perbankan syariah indonesia, yang berisi tentang tantangan ekonomi makro, A brief on Indonesia Islamic Banking INdustry dan BLue print. Dalam Blueprint ini ditegaskan target bank syariah sampai dengan tahun 2005 antara lain; kepatuhan kepada prinsip syariah, kehati-hatian, menciptakan industri perbankan syariah yang kompetitif dan efisien, stablilitas yang sistemik dan bermanfaat bagi masyarakat, SDM yang kompeten, dan memaksimalkan fungsi sosial (microfinance, dan kaum dhuafa).

Dengan bertujuan kepada falah dan berlandaskan kepada ahlak dalam tingkat mikro diharapkan dapat menciptakan pelaku-pelaku bisnis yang amanah, fathonah, shiddiq, tabligh dsb sehingga dalam level makro tercipta kondisi yang jauh dari unsur spekulasi dan gharar, berkembangnya sistem bagi hasil dan investasi, fungsi sosial yang semakin meningkat sehingga tercapai kondisi ekuilibrium perekonomian. Selanjutnya dilakukan analisis swot terhadap arsitektur perbankan syariah untuk melahirkan sejumlah inisiatif (langkah-langkah strategis).

Dari IRTI mengomentari tentang Arsitektur perbankan syariah Indonesia. Beberapa hal yang dikomentari adalah masalah keterkaitan antara sektor riil dan moneter, masalah riba dan spekulasi dan dampaknya terhadap perkembangan makroekonomi, masalah kompetensi bank syariah, SDM dan juga microfinance dan voluntary sektor.

Sesi pertama ini dimoderatori oleh Bapak Wimboh Santoso. Sesi pertama diakhiri oleh dua babak Tanya jawab. Babak pertama ada 3 pertanyaan. Penanya pertama Bapak Sofyan Syafri Harahap. Ada 3 pertanyaan yang masing-masing ditujukan kepada tiga penanya. Pertanyaan pertama terkait dengan masalah kondisi perekonomian makro dengan sejumlah masalahnya, bagaimana pemakalah melihat prospek ekonomi islam untuk dapat berkontribusi dalam memecahkan masalah ekonomi Indonesia secara makro? Apakah ada kemungkinan untuk mengganti bank konvensional dengan bank syariah? Kepada penyaji dari Direktorat perbankan syariah (dalam hal ini Pak Edi Setiady) ditanyakan bagaimana seandainya pemilik bank syariah bukan muslim, bagaimana kebijakan BI? Karena dikhawatirkan akan terjadi kebijakan-kebijakan yang tidak islami. Pertanyaan ketiga ditujukan kepada Bapak Mohammad Obaidillah: ditanyakan apakah IDB punya rencana membuat sebuah arsitektur perbankan syariah internasional karena selama ini kita mengetahui masing-masing Negara memiliki model sendiri-sendiri seperti model Malaysia, model timur tengah dan sebagainya. Bagaimana kita mengintegrasikan hal ini?
Pertanyaan kedua terkait dengan masalah pentingnya perubahan mental birokrat dalam upaya restrukturisasi perekonomian nasional. Kemudian bagaimana mengaitkan microfinance dengan poverty alleviation dan juga bagaimana bank Indonesia menempatkan lembaga keuangan non bank dalam arsitektur perbankan syariah?
Sesi kedua, dilanjutkan dengan presentasi dari IRTI-IDB yaitu tentang ISFID (islamic financial services industry development) atau ISFID, ten year framework. Presentasi kedua oleh Direktur Kebijakan Pembiayaan Islam, Dahlan Siamat. Sesi kedua dimoderatori oleh Dadang Muljawan. Presentasi di sesi II diakhiri oleh tanya jawab yang secara umum menilai bahwa departemen keuangan kurang bahkan tidak mendukung BI dalam mengembangkan sistem keuangan syariah di Indonesia. Jawabannya, BI independen sedangkan Departemen Keuangan memiliki banyak keterkaitan dengan bagian lainnya.

No comments: