Sunday, February 25, 2007

Acara Pengukuhan Guru Besar UI

Sabtu kemarin, saya diminta atasan saya untuk menghadiri pengukuhan kedua orang temannya sebagai guru besar di Fakultas Ekonomi Univesrsitas. Mulanya saya enggan untuk masuk. Begitu mendapatkan bahan orasi saya mau langsung cabut. Alasannya Cuma satu “Saya minder” Tapi pikiran saya kemudian berubah. Saya kemudian bertanya dalam hati “Kenapa saya harus tidak masuk?” Bukankah ini suatu kesempatan bagi saya untuk melihat secara langsung acara pengukuhan guru besar di Universitas Indonesia. Bukankah tidak semua orang punya kesempatan seperti saya? Alasan minder? Kenapa harus? Akhirnya dengan segenap keberanian saya paksakan diri saya untuk masuk ke dalam aula FKUI.

Di pintu masuk dicegat. HP dan kunci harus dikeluarkan! Hehehe saya nyengir dalam hati. Tau sendiri kan HP saya seperti apa? Asli HP anti copet banget. Sekali lagi hati saya menjawab, “Bodo amat!” akhirnya dengan cueknya saya keluarkan HP anti copet saya. Tidak saya pedulikan pandangan petugas di pintu masuk dan terus masuk ke dalam yang ternyata sudah 90 persen penuh. Sekali lagi tidak berani menatap ke sekeliling. Hihihihi saya jalan dan tunduk.

Akhirnya setelah rombongan wapres tiba acara di mulai. Sepintas saya teringat dengan ucapan Pak Mustafa, waktu dia ke Kamboja katanya PM jalan tanpa pengawal. Barusan saya lihat pengawal presiden sekitar 10 orang yang ikut masuk belum lagi yang berjaga-jaga di luar. Sampe ring berapa ya pengawalannya?

Ketika rombongan guru besar UI masuk semua hadirin di minta untuk berdiri. Acara di pimpin langsung oleh rector. Yang pertama kali dikukuhkan adalah Pak Suroso. Setelah itu beliau diminta untuk menyampaikan orasinya. Tema yang diusung adalah Etika dalam Keuangan. Dalam orasinya ini beliau mengatakan bahwa saat ini dalam hal keuangan orang tidak lagi memiliki nilai-nilai etika dan cenderung mengabaikan tanggung jawab sosialnya. Untuk mendapatkan kemapanan financial. Contohnya dengan menyimpan uang dengan praktik riba, kita cenderung untuk mengharapkan imbal hasil yang tinggi tanpa memikirkan orang lain yang menderita kerugian. Upaya untuk menghasilkan profit yang tinggi dengan cara beroperasi yang efisien seringkali menimbulkan banyak kerugian. Seperti upah yang murah, kerusakan lingkungan, penghematan bahan baka, pengurangan biaya maintenance sehiingga dampak yang kita rasakan akhir-akhir ini seperti kecelakaan yang terjadi di semua lini transportasi diduga karena kita terlalu mengejar efisiensi dan mengabaikan tanggung jawab kita serta hak dari orang lain. Gencarnya sejumlah perusahaan dalam melakukan aksi corporate social responsibility (CSR) seringkali didasari oleh motif sebagai pengurang pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah, menurutnya ini adalah salah satu tindakan tidak etis dalam hal keuangan.

Orasi kedua disampaikan oleh Dr Susiyati Bambang Himawan. Tema yang diusung adalah Desentralisasi dan Upaya untuk Meningkatkan Pelayanan di Sektor Publik. Menurutnya, salah satu tujuan dari desentralisiasi adalah untuk semakin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Bahkan lebih jauh dengan adanya desentralisasi dapat mengeliminasi kemiskinan di Indonesia. Meskipun pada kenyataannya desentralisasi fiscal dinilai belum berhasil karena banyaknya ketidaksesuaian kondisi ideal dengan yang terjadi di lapangan.

1 comment:

Tubagus Hanafi said...

Wah tulisannya udah mulai ringan dan mengalir bu.. asyik bacanya..

Pengalaman saya, blog saya akan makin banyak dibaca bila ditulis dengan gaya ringan dan menceritakan pengalaman sehar-hari yang kemudian coba kita ambil hikmahnya berdasarkan Quran & Hadits.

So, hindari bahasa teknis. Kalaupun terpaksa pake istilah teknis, maka harus segera didefinisikan.

Keep writing ya bu..
Btw, gitu doooong... gak ada alasan untuk minder.. pe de aja lagi..

i m proud of you..