Monday, May 26, 2008

WC Umum dan kebersihan lingkungan

Rasa-rasanya saat ini sudah tidak ada yang namanya WC gratis di negeri ini, terutama di tempat umum seperti stasiun, pasar tradisional, terminal yang notabene semuanya tempat yang sangat biasa di akses masyarakat golongan menengah ke bawah, semuanya harus bayar. Untuk buang air kecil saja harganya 1000 sampai dengan 1500, sedangkan untuk mandi bisa 2000 an.
kalau pun ada yang gratis, pastilah tempatnya sangat tidak layak untuk dijadikan tempat buang hajat. Terutama dari segi aromanya yang bikin perut mules, mual-mual atau bahkan hampir muntah.
Suasana ini sangat kontras dengan bandara internasional, ataupun mall-mall besar, gedung perkantoran, hotel, yang semuanya biasa dikunjungi oleh kalangan menengah ke atas. Di tempat-tempat ini sudah ada petugas yang senantiasa membersihkan daerah KM dan sekitarnya. Buang hajat gratis, meski terkadang tidak ramah lingkungan (tidak ada air buat membasuh-walaupun bisa pakai kertas, cuma rasanya tidak nyaman kalau lagi bAB, heheh). Kita gratis ditempat-tempat ini, karena secara tidak langsung kita telah bayar melalui apa yang kita beli/sewa atau bayar. Tanpa disadari kita dikenakan uang itu, sehingga terkadang harga untuk satu barang dengan kualitas yang sama jauh lebih mahal dibandingkan dengan pasar tradisional.
Kembali kepada bahasan WC umum, disadari atau tidak sebenarnya pasarisasi WC umum di tempat-tempat publik atau fasilitas umum, tidak berdampak baik pada usaha-usaha menjaga kebersihan. Apalagi untuk tempat-tempat yang banyak di akses oleh masyarakat menengah ke bawah. Sebagai ilustrasi, jika disekitar pasar, MCK harus bayar, maka mereka yang uangnya pas2 an (apalagi saat ini BBM sedang naik), maka mereka akan lebih memilih untuk buang hajat sembarangan. Apalagi untuk laki-laki yang (imannya tidak kuat) cenderung biasa untuk melakukan hal ini sembarangan. Bisa dibayangkan kan? Jika ada sepuluh atau lebih orang melakukan hal ini. Pasar akan bau, jorok, dan tidak sehat. Akibatnya sudah pasti pasar akan dijauhi orang-orang. Maka pemberdayaan pasar menjadi pasar yang bersih pun akan gagal. Ini hanya satu contoh.
Mungkin pemerintah perlu memikirkan hal ini. Minimal untuk tempat-tempat yang merupakan fasilitas umum, disediakan MCK gratis, dan tidak cukup dengan itu, mungkin masyarakat perlu dididik pentingnya menjaga kebersihan. Kalau perlu tindak tegas mereka yang tidak hidup bersih sehingga masyarakat jadi disiplin dalam menjaga kebersihan. Tidak instan, dan dibutuhkan kesabaran. Karena China dan Singapura saja butuh waktu 30 Tahun untuk mendidik masyarakatnya supaya bersih.................Indonesia butuh berapa tahun ya kira2? Puluhan? atau Ratusan?

1 comment:

Anonymous said...

Zaman sekarang emang susah mencari orang yang sadar akan kebersihan.